About Me

atik a.k.a noe
---people seem to be normal until you get to know them---
Lihat profil lengkapku
" My Galery "

Rabu, 29 November 2017

Cintai dia, Cintaku...


-->
Senja melukiskan garis merah merona malu-malu diantara bumi dan langit kala itu. Samar-samar redup mulai menghinggap di jalanan aspal yang sedang dilalui Dinda. Jalanan sama yang dilaluinya setiap hari Sabtu. Yah karena hari itulah jadwal dia bertemu dengan kekasihnya, Rei.
Sebenarnya Dinda pun tak tahu apakah Rei layak disebut sebagai kekasihnya. Dinda tidak pernah mempertanyakan itu. Karena Dinda tahu ia tidak akan pernah menemui jawabnya.
Ponsel didalam saku Dinda berbunyi. Dilayar ponsel tertera Rei memanggil. Dengan semangat Dinda mengangkat ponselnya. “Hallo beb, kamu dimana? Aku udah mau sampai nih. Aku kangen banget sama kamu…Aku..”. Belum selesai Dinda bicara, Rei memotongnya “I am so sorry sweety…kali ini kita nggak bisa ketemu. Aku harus mengantar Liya ke pernikahan temannya…sekarang aku lagi di depan kantornya. nanti malam aku telepon lagi ya…love you my sweetheart
*****
Selalu dan selalu, Dinda dipermainkan oleh perasaannya. Tapi tak ada alasan bagi Dinda untuk berhenti dari permainan itu. Karena permaianan hatinya itulah satu – satunya yang bisa menggariskan senyum di ujung bibirnya.
“ mengapa cinta selalu datang terlambat…” Dinda mengeluh dalam hati.
~~To be continue~~

Jumat, 02 Desember 2011

Mei Mei

Namaku Meimei. Aku lahir genap 17 tahun yang lalu dan tinggal di kota yang juga menjadi kampung halaman orang tuaku, Bekasi. Walaupun aku lahir di kota yang termasuk ke dalam wilayah Jawa Barat, tetapi aku termasuk keturunan orang Jawa. Ya, kedua Kakek & Nenekku lahir dan besar di daerah yang terpisah di Jawa Tengah. Setiap orang yang baru saja mengenalku, nama Meimei terdengar seperti orang yang memiliki keturunan Tiong Hoa. Reaksi pertama mereka ketika baru mengenalku adalah dengan berkata “Kamu keturunan Tiong Hoa, ya?”. Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan lain yang menurutku belum terlalu penting untuk disampaikan. Walaupun aku berkulit putih hampir seperti orang keturunan Tiong Hoa, namun bentuk mataku tidak seperti mereka. Mungkin karena hal itulah mengapa orang-orang yang baru mengenalku selalu membuat pertanyaan yang menegaskan. Oleh karena seringnya aku dipertanyakan seperti itu, aku selalu mengambil langkah antisipatif sewaktu pertama kali berkenalan dengan orang yang baru. “Hai, nama saya Meimei. Saya lahir di Bekasi pada bulan November dan berketurunan Jawa…..”. Pffhh…. Entah mengapa aku diberi nama Meimei oleh orang tuaku. Tidak memiliki kekerabatan dekat dengan orang Cina, Tidak lahir di bulan Mei dan juga tidak seutuhnya berperawakan selayaknya orang Tiong Hoa.

Hari ini adalah akhir pekan, masih dalam suasana ulang tahunku. Ayah dan Bunda mengajakku ke suatu tempat rekreasi di luar kota. Kami bersenang-senang seharian seakan tak kenal henti. Aku tahu pasti bahwa Ayah dan Bunda pasti telah menyiapkan hari ini hanya untukku. Matahari telah tergelincir ke peraduannya, udara pun kian dingin menusuk. Kami singgah di suatu tempat makan dalam perjalanan pulang ke rumah. Aku terus menerus meng-update status di ‘Facebook’; Ayah dan Bunda sibuk memilih menu kesukaan mereka. Sambil menunggu pesanan makanan tiba, suatu kejutan disaat itu juga mereka membicarakan tentang asal usul namaku. Mereka mengatakan bahwa nama Meimei berasal dari (Mei) nama bulan kelima dari kalender Masehi. Saat itu mereka memulai satu hubungan yang pada akhirnya meningkat menjadi ikatan janji suci seumur hidup. Moment itu sangat berarti bagi mereka hingga mereka tak pernah sama sekali melupakannya. Mereka pun merayakan tanggal spesial di bulan itu tiap tahunnya selain tentu saja ulang tahun kami dan hari pernikahan mereka. Hanya saja aku tak pernah tahu yang satu itu karena mereka selalu merayakannya di sebuah Yayasan Yatim Piatu yang terletak tidak jauh dari kediaman kami. Tidak heran, aku tak pernah mngetahui akan hal itu. Aku begitu terharu hingga hampir meneteskan air mata. Mereka saling mencintai dan menyayangi, itulah yang paling penting dan inti dari semuanya. Dan yang tak kalah penting, aku senang menjadi bagian dari kebahagiaan mereka.

T’lah sekian lama aku mencari jawaban, akhirnya sekarang aku tahu. Kini aku tak ‘kan lagi risih dengan namaku. Aku merasa senang dan bahagia. “I love you, Mom, I love you, Dad”.

Cerita fiksi ini buatan suami saya, Puput Prihastomo ... Sambil mengetik laptop dan menyeruput segelas kopi, sesekali dia memandangi si meimei.. Boneka kado ulangtahun darinya untuk saya.. :D